twitter




Pas smp dulu, gue doyan banget sama yang namanya organisasi. Terutama disekolah. Gue masuk ke macam-macam organisasi. Seperti theater, tari, English club, vocal, instrument, organisasi olahraga, dan sebagainya. Malah dari kelas 1 SD sampai 2 SMP, gue selalu menjadi ketua kelas. Gue juga hampir sakit parah karena bolak-balik masuk sana-sini karena gue tahu, gue kebanyakan ngedaftarin diri di organisasi yang bahkan gue sendiri belum tentu serius mengikutinya.
Dengan berbagai pertapaan panjang dan bujukan orang tua, akhirnya gue memutuskan untuk memilih 3 macam organisasi saja. Gue nggak mahu overdosis karena kebanyakan bergaul dan jadi anak yang multi-talenta. Bayangin aja kalo misalnya ada perlombaan tari dan voli di waktu yang bersamaan, masa gue harus main voli sambil gangnam style. Selangkangan gue bisa patah.
Disini gue bakal nyeritain pengalaman gue tentang organisasi yang paling penting disekolah. Yaitu, OSIS. Organisasi Siswa Intra Sekolah. (Asoy!)
Sejak lulus SD, gue terlebih dahulu sudah mempunyai ambisi untuk menjadi anggota OSIS. Tentu saja disebalik tujuan positif ini ada faktor negatif nya. Yang tidak lain faktor negatif nya adalah 1)untuk menghindari pelajaran, dan 2) biar eksis disekolah.
‘Kamu beneran pengin jadi anggota OSIS?’
‘Iya.’ kata gue menatap tajam mata tante gue.
‘buat apa?’
‘biar eksis. Cewek pada lengket semua’
Gue diomelin.
            Disebalik mengejar faktor negatif itu, reputasi gue disekolah juga bisa dibilang ter-cam lumayan buruk. Selain hobi datang telat, gue juga pernah nggak sengaja ngelempar mata kiri temen gue pake batu segede jempol kuda nil pas main bola dilapangan sekolah. Yang pada akhirnya kornea mata temen gue sedikit tergores dan gue dimarahin habis-habisan.
            Disinilah gue mengalami kegalauan yang amat sangat. Meskipun gue punya kemampuan yang bagus di bidang organisasi, tapi reputasi gue disekolah menjadi masalah. Nyali gue ciut. Gue berpikir ‘apakah bisa gue masuk ke organisasi ini sedangkan gue nya sendiri mirip preman tanah abang’. Gue berpikir dan berpikir ulang selama seminggu.
            Hingga pada akhir penentuan pemilihan anggota osis, gue nggak jadi ngedaftarin diri. Gue takut nantinya OSIS yang awalnya adalah organisasi baik-baik dari sekolah menjadi organisasi pembacok siswa dan guru. Sedikit mirip geng motor. Bedanya ini di dalam lingkungan sekolah bukan jalan raya.
‘Rian, kamu nggak ngedaftar jadi anggota osis?’ kata wali kelas gue, bu Yanti.
‘Enggak bu, males hehe’
‘Loh, kenapa? Bukan nya dulu kamu pengen banget ya?’
‘Iya bu. Tapi sekarang berubah, jadi nggak pengen banget’ gue jawab kikuk.
            Jadilah gue curhat ke bu Yanti saat pelajaran BK tentang kegalauan gue selama ini. Apa masalah yang ada didalam diri gue. Konflik antara gue dan organisasi unyu sekolah ini.
            Tentu saja dengan mudah bu Yanti bisa memberi gue solusi. Bu Yanti bilang ke gue, memang reputasi gue disekolah lumayan buruk, tapi dengan mengikuti organisasi ini, tentu saja kita punya tanggung jawab tersendiri. Dengan menjadi anggota OSIS, kita tidak lagi seenaknya datang terlambat kesekolah karena diri kita sendiri juga pasti berkata ‘aku anggota OSIS, sudah seharusnya aku menjadi teladan bagi anak-anak lain’. Kita juga tidak lagi bisa berbuat nakal seenaknya, karena kita sudah punya tanggung jawab yang kita pegang.
            Mendengar bu Yanti komat-kamit, gue berkata dalam hati, ‘bener juga. Seharusnya dengan ini gue jadi merasa punya tanggung jawab disekolah’. Tapi nasi sudah menjadi Maggie. Gue telat. Anggota OSIS sudah dilantik 2 hari yang lalu. Sementara gue cuman bisa puas dengan solusi yang bu Yanti berikan ke gue. Semuanya itu benar.
            Terkadang, untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, kita tidak yakin dengan diri kita sendiri. Pada akhirnya, kita harus pasrah dengan keraguan. Berharap ingin maju selangkah tapi sebenarnya hanya berjalan ditempat. Sementara, bagaimana jika kita mempunyai kemampuan untuk maju tapi tidak sanggup untuk melangkah kedepan? Solusi gue cuman satu. Yang kita butuh hanyalah, kepercayaan diri.

0 comments:

Post a Comment